FUN part 2

Jatilan Style



Setalah kita bahas apasih Gangnam Style itu yang lagi hits banget di kalangan anak muda dan dunia, sekarang aku mau bahas juga tentang suatu tarian kebudayaan Jawa yaitu "Jatilan" biar lebih keren aku sebut dengan "Jatilan Style", jadi kedengarannya kerenkan?? hahaha :D

Jadi bertanya-tanya kan kok "Jatilan Style"??, ya sebenarnya namanya tari Jatilan, tapi biar bisa ikut mendunia juga dan ikut jadi trand (Ngarep.com), makanya aku sebut dengan Jatilan style. Kenapa aku mengangkat Jatilan ini, karena aku sangat memprotes dan sangat tidak setuju dengan seruan Bibit Waluyo (tahu kan siapa dia? dia adalah Gubernur Jawa Tengah) yang mengatakan bahwa Jatilan style ini merupakan seni kampungan dan seni terjelek sedunia. what?? kayaknya orang ini menurut aku tidak pantas sebagai panutan, karena tarian ini merupakan warisan kebudayaan kita, warisan leluhur dan nenek moyang kita, warisan bangsa kita yang perlu di lestarikan semoga generasi muda setuju dengan pendapatku, bahwa kita harus melestarikan kebudayaan kita, apapun itu bentuknya.

Oke terlepas dari anggapan pedas itu, kita bahas tentang apa sih Jatilan style ini, Jatilan adalah sebuah kesenian yang menyatukan antara unsur gerakan tari dengan magis. Jenis kesenian ini dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Kesenian ini juga sering disebut juga dengan nama Jaran Kepang dan dapat dijumpai di daerah-derah Jawa.

Untuk asal-usul tentang Jatilan style ini sebenarnya tidak ada catatan sejarah yang dapat menjelaskan dengan rinci, hanya cerita-cerita verbal yang berkembang dari satu generasi kegenerasi lainnya. Dalam hal ini, ada beberapa versi tentang asal-usul atau awal mula adanya kesenian Jatilan style ini. Beberapa diantaranya, konon, Jatilan style ini yang menggunakan properti berupa kuda tiruan yang terbuat dari bambu merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Selain itu, ada versi lain yang menyebutkan, bahwa Jatilan style menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Adapun versi lain menyebutkan bahwa Jatilan style ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, raja Mataram untuk menghadapi pasukan Belanda.

Pagelaran kesenian ini dimulai dengan tari-tarian oleh para penari yang gerakannya sangat pelan tetapi kemudian gerakannya perlahan-lahan menjadi sangat dinamis mengikuti suara gamelan yang dimainkan. Gamelan untuk mengiringi Jatilan style ini cukup sederhana, hanya terdiri dari drum, kendang, kenong, gong, dan slompret, yaitu seluring dengan bunyi melengking. Lagu-lagu yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta, namun ada juga yang menyanyikan lagu-lagu lain. Setelah sekian lama, para penari kerasukan roh halus sehingga hampir tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan atau dalam keadaan trance. Mereka melakukan gerakan-gerakan yang sangat dinamis mengikuti rancaknya suara gamelan yang dimainkan.

Selain itu para penari dan pemain gamelan, dalam pagelaran Jatilan pasti ada pawang roh yaitu orang yang bisa "mengendalikan" roh-roh halus yang merasuki para penari. Pawang dalam setiap pertunjukan Jatilan style ini adalah orang yang paling penting karena berperan sebagai pengendali sekaligus pengatur lancarnya pertunjukan dan menjamin keselamatan para pemainnya. Tugas lain dari pawang adalah menyadarkan atau mengeluarkan roh halus yang merasuki penari jika dirasa sudah cukup lama atau roh yang merasukinya telah menjadi sulit untuk dikendalikan.

Selain melakukan gerakan-gerakan yang sangat dinamis mengikuti suara gamelan pengiring, pada penari itu juga melakukan atraksi-atraksi berbahaya yang tidak dapat dinalar oleh akal sehat. Di antaranya adalah mereka dapat dengan mudah memakan benda-benda tajam seperti silet, pecahan kaca, menyayat lengan dengan golok bahkan tanpa merasa sakit dan terluka. Atraksi ini dipercaya merefleksikan kekuatan supranatural yang ada pada jaman dahulu berkembang di lingkungan kerajaan Jawa, dan merupakan aspek nonmiliter yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.

Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional Jatilan ini seringkali juga mengandung unsur ritual karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang atau dukun melakukan suatu ritual yang intinya memohon ijin pada yang menguasai tempat tersebut yang biasanya ditenpat terbuka supaya tidak mengganggu jalannya pagelaran dan demi keselamatan para pemainnya.

Pagelaran ini seperti pagelaran seni yang lainnya, yang pada umumnya mempunyai suatu alur cerita. jadi biasanya Jatilan style ini membawakan sebuah cerita yang disampaikan dalam bentuk tarian. saat ini tidak banyak orang yang meihat pertunjukan seni dari sisi pakem bentuk kesenian tersebut melainkan dari sisi hiburannya, yang mereka lihat dan lebih mereka senangi adalah bagian dimana para pemain Jatilan style ini seperti kerasukan dan melakukan atraksi-atraksi berbahaya. Jadi masyarakat melihat Jatilan style ini sebagai sebuah pertunjukan tempat pemain kerasukan. Bukan sebagai pertunjukan yang ingin bercerita tentang suatu kisah.

Jatilan style ini dipertunjukkan pada upacara Mbah Bergas diawali dengan kesenian warok-warokan, yaitu suatu bentuk kesenian yang berjudul "Suminten Edan". Lakon ini bercerita tentang Suromenggono yang mempunyai anak bernama Cempluk. Suromenggono mempunyai saudara seperguruan yang bernama Surobangsat. Surobangsat dan Suromenggono telah lama tidak berjumpa satu sama lain sehingga Surobangsat mengunjungi Suromenggolo. Surobangsat mempunyai anak yang bernama Gentho. Ia bermaksud menjodohkan Gentho dengan Cempluk. Namun Suromenggono tidak setuju. Kemudian terjadilah pertarungan antara keduanya. Surobangsat kalah setelah Suromenggolo mengeluarkan aji-aji pamungkas yang berupa kolor.

Setelah pertunjukan warok-warokan selesai, dilanjutkan dengan pertunjukan tarian oleh pasukan buto yang berjumlah 10 orang penari. Tarian ini sebagai kreasi atau sebagai perkembangan dari pertunjukan Jatilan style untuk lebih memeriahkan pertunjukan Jatilan dan menarik perhatian warga untuk menyaksikan. Gerakan-gerakan tarian ini sangat dinamis dan enerjik, gerakan yang serempak para penari membuat para penonton terpesona.

Untuk aksesoris yang dipakai para penari antara lain, gelang kaki, gelang tangan dan topeng buto yang berwujud hewan-hean seperti harimau, domba, dan singa. Gerakan yang sangat cepat dan lincah dari para penari membuat gelang kaki yang mereka pakai menimbulkan irama yang rancak. Setalah pertunjukan tarian buto selesai kemudian dilanjutkan dengan tarian Jatilan style. Jumlah penari Jatilan ada sepuluh orang. aksesoris yang digunakan antara lain gelang tangan, gelang kaki, ikat lengan, kalung (kece), mahkota (kupluk Panji), dan keris. Makna dari busana dan aksesoris yang digunakan adalah meniru tokoh Panji Asmarabangun, yaitu putra dari kerajaan Jenggala Manik. Dalam pertunjukan Jatilan style ini juga ada tiga pawang yang bertugas untuk mengatur, menjaga dan menjamin lancarnya pertunjukan, pawang-pawang ini juga bertugas untuk menyadarkan pada penari yang kerasukan.

Dalam pertunjukan Jatilan style juga disediakan beberapa jenis sesaji antara lain pisang raja satu tangkep, jajanan pasar yang berupa makanan-makanan tradisional, tumpeng robyong yaitu tumpeng robyong yang dihiasi dengan kubis, dawet, beraneka macam kembang, dupa Cina dan menyan, ingkung klubuk (ayam hidup) yang digunakan sebagai sarana pemanggilan makhluk halus dan lain-lain.

Jatilan style yang ditampilan dalam upacara adat Mbah Bergas merupakan sajian dari Paguyuban Kesenian Kuda Lumping Putra Manunggal. Paguyuban ini didirikan sekitar tahun 1992. Para penari Jatilan beserta penabuh gamelan kurang lebih berjumlah empat puluh orang. Mereka berlatih setiap satu bulan sekali pada pertengahan bulan (biasanya pada malam minggu). Cerita yang disajikan adalah mengadopsi dari Jatilan klasik, yaitu tentang cerita tokoh Kresna. Sedangkan pada warok-warokan selain menampilkan cerita "Suminten Edan" juga mengambil cerita dari babad-babad Jawa, antara lain Perang Prabu Baka dengan para Buto.

Wuidiiiih,, baru tahukan ternyata kesenian kita yang satu ini yang dianggap kesenian kampung dan kesenian tersejelek sedunia merupakan kesenian yang luar biasa dan keren, banyak makna yang diambil dari cerita dan lirik lagunya. Tarian ini juga tidak hanya mempentaskan tentang kekuatan mistisnya aja, tapi juga menceritakan bahwa kita harus melalukan perbuatan baik dan mengingat Sang Pencipta, keren kan. Jadi mari kita tetap melestarikan kebudayan kita.

Keep spirit dan Salam Peace, Love n Respect :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar