Siapa yang gak pernah ngalamin stress? Pasti setiap orang pernah ngalamin yang namanya stress donk? Duh stress nih ngadepin ujian, stress nih bentar lagi tugas kudu dikumpulin, stress nih mo manggung, dan seabrek lainnya tentang stress.
Yah stress sudah menjadi bagian dari kehidupan kita, pastinya. Tapi didalam masyarakat kita banyak yang salah paham tentang dasar-dasar stress itu sendiri. Kenapa hal ini jadi masalah? Karena udah banyak banget penelitian-penelitian yang telah dilakukan tetang stress itu sendiri oleh para pakar psikologi bahwa dari stress itu bisa mengakibatkan dampak buruk lo yaitu penyakit fisik, salah satunya adalah bisa menyebabkan penyakit jantung duh mengerikan >_<
Nah untuk itu mengurangi stress itu sendiri nggak hanya membantu kita merasa lebih baik tapi juga hidup lebih lama dan hidup sehat.
Oke mari kita lihat beberapa mitos umum seputar stress.
Mitos 1: Semua orang memiliki stress yang sama.
Eh eh eh, stress itu nggak sama lo pada setiap orang, juga tidak semua orang mengalami strees dengan cara yang sama. Masing-masing dari kita punya stress yang berbeda, stress ku nggak sama dengan stress mu. Apa yang bikin seseorang stress mungkin nggak menimbulkan stress bagi yang lainnya. Masing-masing dari kita merespon stress dengan cara yang sama sekali berbeda.
Misalnya ya, beberapa orang mungkin stress tiap kali mo bayar tagihan bulanan setiap bulannya, tapi buat sebagian orang nyante-nyante aja nggak bikin stress. Ada lagi beberapa orang stress di tempat kerja karna kebanyakan tuntutan sementara untuk yang lainnya seneng-seneng aja malah justru tertantang nggak bikin stress justru malah stress klo ditempat kerjanya gak ada tuntutan. nah beda kan?
Mitos 2: Stress selalu buruk bagi kamu.
Menurut pandangan mitos ini, sebenarnya nggak juga sih, maksudnya nggak semua yang bikin stress itu buruk, tergantung kadarnya. Kalau lempeng-lembang aja and datar-datar aja bikin hidup itu garing dan membosankan.
Stress yang terjadi didalam diri kita tidaklah buruk (terutama dalam kadar yang kecil). Jadi stress juga bisa jadi bumbu kehidupan agar hidup kita tetap dinamis, KUNCInya adalah bagaimana kita memahami cara terbaik untuk mengelolanya. Mengelola stress membuat kita bisa jadi produktif dan bahagia, sementara salah mengelola mungkin menyakiti kita dan menyebabkan kita gagal atau malah menjadi lebih stress.
Mitos 3: Stress ada dimana-mana, sehingga kita nggak bisa berbuat apa-apa.
Hey nggak berarti kita stress kita nggak bisa berbuat apa-apa. Seperti kita belajar bersepeda pertama kali, kita terjatuh dari sepeda dan bikin stress karna hari pertama gagal naik sepeda, tapi nggak lantas bikin kita nyerah to? Kita bakalan nyoba naik lagi besoknya to?
Untuk itu yang musti kita lakukan adalah kita dapat merencanakan hidup kita sehingga stress tidak menguasai kita. Perencanaan yang efektif melibatkan penetapan prioritas dan bekerja pada masalah yang sederhana terlebih dahulu, memecahkan masalah tersebut, dan kemudian memecahkan kesulitan yang lebih rumit atau kompleks. Ketika kita salah mengelola stress, maka kita akan sulit memprioritaskan sebuah masalah. Semua masalah menjadi tampak sama dan stress akan terlihat dimana-mana.
Mitos 4: Teknik yang paling populer untuk mengurangi stress adalah teknik yang terbaik.
Hmmh gimana ya.. seperti yang dikatakan di mitos 1 nggak semua orang mengalami stress yang sama jadi teknik yang digunakan bisa berbeda-beda juga. Nggak ada teknik untuk mengurangi stress secara keseluruhan efektif (meskipun banyak artikel majalah dan artikel pop psikologi membahas hal itu).
Kita semua itu berbeda, kehidupan kita juga berbeda, situasi kita berbeda juga, dan reaksi kita juga berbeda. Jadi sebuah program pengelolaan stress yang komprehensif itu disesuaikan dengan tiap-tiap individu. Dan juga buku-buku mengenai self-help yang mengajarkan banyak teknik pengelolaan stress juga dapat membantu asalkan kita tetap pada program tersebut yang sesuai kebutuhan kita dan mempraktikan teknik tersebut setiap hari.
Mitos 5: Nggak ada gejala, nggak ada stress.
Tidak hadirnya gejala stress bukan berarti nggak ada stress. Faktanya ketika kita menyamarkan gejala stress dengan menggunakan obat-obatan hal itu justru dapat menghalangi kita dari sinyal-sinyal yang kita butuhkan untuk mengurangi stress pada sistem fisiologi dan psikologis kita.
Banyak dari kita mengalami gejala stress dapat di ketahui melalui gejala fisik, meskipun stress merupakan efek psikologis. Merasa cemas, sesak nafas, panas dingin, pusing, mual, atau dengan melarikan diri sepanjang waktu untuk menghindarinya bisa menjadi tanda-tanda fisik dari stress. Merasa kewalahan, tidak teratur dan mengalami kesulitan berkonsentrasi merupakan tanda-tanda umum mental stress. Jadi kenali stress mu dengan baik.
Mitos 6: Hanya gejala utama stress yang memerlukan perhatian.
Mitos ini mengasumsikan bahwa gejala “kecil”, seperti sakit kepala atau asam lambung, dapat diabaikan dengan aman. Tentu tidak, gejala stress ringan juga merupakan peringatan dini bahwa kehidupanmu mulai tak terkendali dan kamu butuh untuk melalukan pengelolaan stress yang lebih baik lagi.
Jika kamu menunggu sampai mulai merasakan gejala “utama” stress (seperti serangan jantung), mungkin itu sudah akan sangat terlambat kan? Untuk itu tanda-tanda peringatan dini yang terbaik adalah mendengarkannya lebih awal “aware” daripada kemudian hari ketika sudah terlambat.
Satu lagi nih, perubahan gaya hidup, seperti berolahraga lebih sering, makan-makanan sehat, hidup dengan perencanaan untuk mengenali tanda-tanda peringatan dini akan jauh lebih murah (dari segi waktu dan ekonomi). Kita nggak maukan gara-gara stress yang nggak kita kenali malah bikin hidup kita berantakan dikemudian hari karna kita nggak aware.
Tetap semangat dan hidup sehat ^^
Sumber:
http://psychcentral.com/lib/six-myths-about-stress/0001142
APA Reference
Association, A. (2007). Six Myths About Stress. Psych Central. Retrieved on February 24, 2014, from http://psychcentral.com/lib/six-myths-about-stress/0001142